Translate

PERCAYA DIRI

Dengan Perencanaan Yang Baik Berani Mengambil Resiko

JARINGAN

Memperluas Persahabatan Secara Professional

KESEIMBANGAN

Keuntungan Bersama Adalah Tujuan

KEPERCAYAAN

Menempatkan Amanat Sebagai Tanggungjawab

KUALITAS

Selalu Berusaha Meningkatan Kemampuan

DASAR ANALISA TEHNIKAL

23.50 |


                                                                           
Prinsip-prinsip di dalam Analisis Tehnikal bermula dari pengamatan di pasar finansial selama beberapa ratus tahun yang lalu. Petunjuk tertua tentang Analisis Tehnikal didapat dari catatan Joseph de la Vega saat mengamati pasar financial Di Belanda pada abad ke 17. Di Asia contoh Analisis Tehnikal tertua dapat dilihat dari Candlestick, yang berawal dan dikembangkan oleh Homma Munehisa pada awal abad ke 18. Analisis Tehnikal modern berpijak pada Dow Theory, yang dibuat berdasarkan tulisan Charles Dow. Tulisan-tulisannya tersebut menjadi inspirasi penggunaan dan pengembangan Analisis Tehnikal mulai dari akhir abad ke 19. Ahli Analisis Tehnikal yang lain adalah Ralph Nelson Elliot dan Williem Delbert Gann yang mengembangkan tehniknya sendiri pada awal abad ke 20.
                                                                            
Charles Dow -an American journalist who co-fou...
Charles Dow -an American journalist who co-founded Dow Jones & Company with Edward Jones and Charles Bergstresser. (Photo credit: Wikipedia)

Analisis Tehnikal modern berkembang dari prinsip-prinsip tertentu yang berlaku secara umum. Prinsip-prinsip ini berasal dari Dow Theory. Di Tahun 1897, Charles Dow mengembangkan dua market averages ( semacam indeks saham ), yaitu " Industrial Average " yang memiliki 12 saham blue-chip dan " Railroad Average " yang terdiri dari 20 perusahaan kereta api. Sekarang keduanya dikenal sebagai Dow Jones Industrial Average dan Dow Jones Transportation AverageDow Theory awalnya hanya digunakan sebagai barometer untuk mengetahui kondisi bisnis secara umum, tidak digunakan untuk memprediksi harga saham. Namun sekarang menjadi prinsip umum yang diyakini oleh para analis tehnikal modern. Dan akhirnya pengembangan Analisis Tehnikal masa kini menggunakan teori ini sebagai dasar.

Dow Theory memiliki 6 asumsi penting yaitu :

1. Market Action Discounts Everything.
Harga saham merefleksikan semua informasi yang ada padanya.
Dan ketika ada informasi baru, pelaku pasar dengan cepat menerjemahkan informasi dalam bentuk penyesuaian harga. Dengan demikian secara umum, pasar mendiskon dan merefleksikan semua informasi yg dimiliki oleh para pelaku pasar.

2. The Market Is Comprised of Three Trends.
Ada 3 trends yang berlaku di pasar, yaitu Primary Trend, Secondary Trend dan Minor Trend. Di dalam Primary Trend, pasar bisa bergerak naik (bullish) atau turun (bearish) dan biasanya berlangsung lebih dari 1 tahun sampai beberapa tahun. Secondary Trend adalah koreksi terhadap Primary Trend, dan biasa berlangsung selama 1 sampai 3 bulan. Dan Minor Trend adalah pergerakan harga dakam jangka pendek yang berlangsung dalam 1 hari sampai 3 minggu. Secondary Trend dapat dibilang terdiri dari beberapa Minor Trend. Dow Theory mengatakan bahwa Primary Trend dan Secondary Trend tidak bisa dimanipulasi. Tetapi Minor Trend memiliki kemungkinan dimanipulasi (misalnya harga digerakkan oleh institusi besar), karena itu Minor Trend bisa memberikan petunjuk yang salah.

3. Primary Trends Have Three phases.
Dow Theory mengatakan bahwa Primary Trend mempunyai 3 fase. Fase pertama terjadi saat investor tertentu melakukan pembelian secara masif untuk mengantisipasi pemulihan ekonomi dan pertumbuhan jangka panjang. Kebanyakan investor masih merasakan fase ini sebagai muram. Hanya investor tertentu yang melakukan pembelian karena memiliki keyakinan tersendiri. Fase kedua ditandai dengan meningkatnya pendapatan perusahaan dan meningkatnya kondisi ekonomi, investor mulai mengakumulasi saham. Fase ketiga ditandai dengan pendapatan perusahaan yang mencapai puncak dan kondisi ekonomi makro yang sangat baik, investor retail mulai merasa aman untuk berpartisipasi dalam investasi saham. Mereka yakin bahwa saham akan bisa tumbuh lebih tinggi, sehingga mereka membeli lebih banyak saham. Saat itu terjadi eforia saham, dimana investor publik membeli saham jauh lebih banyak lagi. Dan di fase ini, investor yang melakukan pembelian saham di fase pertama mulai menjual sahamnya untuk mengantisipasi penurunan harga sahamnya.

4. The Averages Must Confirm Each Other.
Harga indeks saham ( Industrial Average dan Transportation Average ) harus saling mengkonfirmasi supaya trend yang valid terjadi. Kedua average harus melebihi puncak Secondary Trend sebelumnya, supaya trend bisa dikonfirmasi.

5. The Volume Confirms the Trend.
Dow Theory terfokus pada pergerakan harga. Volume hanya digunakan untuk mengkonfirmasi situasi yang tidak pasti. Volume harus meningkat sesuai pergerakan Primary Trend. Jika Primary Trend bersifat turun, volume harus meningkat saat pasar jatuh. Dan sebaliknya jika Primary Trend bersifat naik, maka volume harus meningkat saat pasar bergerak naik. 

6. A Trend Remains Intact Until It Gives A Definite Reversal Signal.
Uptrend ditunjukkan oleh serangkaian pergerakan harga yang berhasil mencapai puncak lebih tinggi. Dan supaya terjadi pembalikan arah, maka harga harus setidaknya gagal  mencapai kembali puncak yang sudah terjadi sebelumnya ( terbentuk lower high ), lalu terjadi penurunan yang lebih dalam dari koreksi sebelumnya ( terbentuk lower low ). Ketika pembalikan arah di Primary Trend ditunjukkan bersama-sama oleh Industrial Average dan Transportation Average, kemungkinan terjadinya pembalikan arah dan berlanjut ke trend tersebut semakin besar. Bagaimanapun, jika semakin lama suatu trend berlangsung, maka kemungkinan trend tersebut berlanjut semakin kecil.

Prinsip-prinsip didalam Dow Theory diatas memang awalnya diperuntukkan ke pasar saham. Tetapi secara umum dapat diaplikasikan ke instrumen financial yang lain. Dapat disimpulkan bahwa Analis Tehnikal meyakini bahwa harga bergerak dalam pola tertentu, sehingga dapat dipergunakan untuk memprediksi pergerakan harga berikutnya.
Dan selalu ada yang pro dan kontra, maka ada yang berpendapat bahwa pergerakan harga instrumen finansial tidak mengikuti pola tertentu. Pendapat ini dianut oleh Random Walk Theory. Menurut ahli yang mendukung pendapat ini, bahwa harga bergerak tanpa dapat diprediksi. Sehingga memprediksi suatu pergerakan harga instrumen finansial merupakan suatu kegiatan yang sia-sia .

Referensi dari Buku :
Japanese Candlestick Charting Techniques, second edition, Steve Nison
Forex Shockwave Analysis, James L.Bickford
Forex Wave Theory, James L.Bickford

Sekian.
MOH EFFENDI__TRADER DI MAXCO FUTURES.



Enhanced by Zemanta

BEAR VS BULL. What Next For GOLD

02.15 |