Analisis Fundamental Terhadap Gold
Analisis Fundamental Dan Dampak Terhadap Harga Gold.
=======================================
10 Oktober 2013.
Tahun 2013 masih menjadi tantangan bagi ekonomi dunia. IMF (Dana Moneter International) masih melontarkan nada pesimistis terhadap pertumbuhan ekonomi dunia. IMF memprediksi pertumbuhan ekonomi global di tahun 2013 dan 2014 akan lebih lambat dibandingkan dengan estimasi awal. Yang menjadi penyebabnya adalah drama perdebatan politik Amerika yang memicu terjadinya penghentian operasional
negara atau shutdown dan bisa berujung pada gagal bayar. Maka IMF memangkas pertumbuhan ekonomi dunia di tahun 2013 menjadi 2,9 % dari sebelumnya 3,2 %. Faktor lain yang memicu perlambatan ekonomi dunia yakni kelesuan Di Emerging Markets. IMF juga memotong pertumbuhan ekonomi dunia di tahun 2014
menjadi 3,6 % dari 3,8 %. IMF berkata : " Ekonomi global masih lemah. Ada banyak ketidakpastian yang berpotensi menghambat pertumbuhan ". IMF juga memprediksikan, ada faktor lain yang akan mempengaruhi
perekonomian global adalah pemulihan ekonomi AS dan zona Euro dan ekonomi Jepang positif karena dampak dari resep Abenomics. Nasib ekonomi AS makin hari kian mencemaskan. Bukan cuma AS,
pemerintah Jepang dan China juga ikut cemas mendekati batas akhir Debt Ceiling pada 17 Oktober, karena kedua negara adidaya asia ini merupakan pemegang surat utang AS terbesar, hingga mencapai US$2,4Triliun. Menteri keuangan Jepang mengatakan, pihaknya bersiap mengantisipasi andaikan AS mengalami gagal bayar atau Default. "Jepang menyadari bahwa nilai dari kepemilikan surat utang AS akan menurun jika default". kata Aso. Aso juga menambahkan, akan memasukan isu gagal bayar AS sebagai
agenda pertemuan G 20, pada 10-11 Oktober mendatang. Wakil Menteri Keuangan China, Zhu Guangyao mendesak parlemen AS agar menghindari perdebatan politik untuk mencegah gagal bayar. China memegang surat utang AS sebesar US$ 1,28 Triliun per akhir Juli kemarin. China menyalip posisi Jepang sebagai
pemegang surat utang AS terbesar pada september 2008. Aset China pada surat utang AS tersebut naik drastis sebesar 107 % sejak tahun 2008 hingga Juli 2013. Di periode yang sama, kepemilikan Jepang atas surat utang AS naik menjadi 84 %.
Kalangan pasar memprediksi, jika AS mengalami gagal bayar, predikat surat utang AS akan runtuh dalam seketika. Sebab, tidak saja Jepang dan China yang mengoleksi surat utang AS. Hampir semua Bank Sentral di seluruh dunia menyimpan surat utang AS, sebagai salah satu instrumen cadangan devisa. Para Analis menilai, gagal bayar berpotensi memicu terjadinya pergeseran aset alokasi bagi para pemegang surat utang AS. Bank Sentral akan mengkaji ulang portofolio cadangan devisa mereka yang berbentuk surat utang AS.
Popularitas USD sebagai Safe Haven juga akan terguncang, dan ini akan memicu kenaikan suku bunga acuan AS dan juga akan menimbulkan keguncangan di pasar mata uang global. Hingga saat ini dua kubu politik Di AS masih menemui jalan buntu
Ancaman gagal bayar AS semakin membesar lantaran penghentian operasional AS atau shutdown masih berlangsung hingga sepekan. Peristiwa default terakhir kali menimpa AS pada tahun 1970. Di tahun 2011, AS menghadapi kemelut yang sama. Ketika itu, Kongres menyetujui kenaikan batas atas utang AS pada detik-detik terakhir. Namun saat itu kecemasan para pelaku pasar global sudah menjalar, dan S&P juga menurunkan prospek utang AS dari stabil menjadi negatif. Di tahun 2011 itu ada US$ 6 Triliun lenyap karena kejatuhan serempak indeks saham di seluruh dunia. Saat ini pemerintah AS hanya memiliki kas sekitar US$50 Milliar, kata Menteri Keuangan AS Jack Lew.
Perekonomian global saat ini tengah mengalami ancaman serius yakni penutupan pemerintah AS dan deadlock batasan utang AS. Untuk tetap beroperasi, pemerintah AS membutuhkan agar Kongres menyetujui anggaran belanja untuk tahun keuangan fiskal yang dimulai per 1 Oktober. Namun Partai Republik menahan hal ini yang pada akhirnya berdampak pada penutupan sebagian besar kantor pemerintah. Saat ini Partai republik juga mengancam untuk menolak menaikan batasan plafon utang AS yang saat ini mencapai US$ 16,7 Triliun. Banyak pihak yang berpikir, masalah ini akan dapat diselesaikan dalam jangka pendek. Namun, faktanya baik Presiden Obama dan Partai Republik sama-sama bersikeras tidak akan melakukan negoisasi, jika persyaratan yang mereka ajukan tidak diakomodir.
Jika batasan utang AS tidak dinaikan, maka Kementrian Keuangan AS akan kehabisan dana tunai setelah 17 Oktober. Dan apa yang akan terjadi jika hal tersebut betul-betul terjadi ?
1. Pasar global akan melihat pemerintah AS sebagai pemerintah yang berbahaya dan tidak kompeten.
Menolak untuk menaikan batasan utang AS sangat berbeda secara fundamental dengan memangkas anggaran belanja negara. Hal ini seolah-olah mendorong Kementerian Keuangan melakukan dua hal yang kontradiktif, yakni harus menyediakan ratusan miliar dolar perbulan untuk melakukan pembayaran dan mencegah Kemenkeu untuk meminjam uang, meskipun itu sangat dibutuhkan. Peraturan mana yang harus dilakukan Kemenkeu ? Dan hal ini dipercaya akan merusak kepercayaan pasar.
2. Memaksa pemangkasan anggaran akan mematikan/menghambat proses pemulihan ekonomi.
Selama setahun, Kemenkeu AS meminjam sekitar US$ 1 dari setiap US$ 5 yang digunakan. Sehingga, jika batasan utang tidak dinaikan, maka anggaran yang harus dipotong setara dengan seperlima dari utang saat ini. Bahkan, pemangkasan anggaran dalam jangka pendek harus dilakukan lebih besar lagi karena arus dana yang masuk dan keluar kemenkeu tidak likuid. Pengetatan anggaran ini akan berdampak proses pemulihan ekonomi yang sudah berjalan, apalagi angka pengangguran AS semakin tinggi.
3. Pemerintah AS mungkin gagal membayar utang-utangnya (default)
Beberapa pihak Di Kongres berpikir bahwa pada saat plafon utang AS tidak dinaikan, bukan berarti pemerintah tidak dapat membayar Obligasi senilai US$ 12 Triliun. Padahal, jika pemerintah AS tidak dapat membayar utangnya, maka hal itu akan menyebabkan default yang dapat menyebabkan kegoncangan finansial. Sebelumnya, DPR sudah mengesahkan UU untuk mengijinkan Kementrian Keuangan memprioritaskan pembayaran obligasi. Pelaku pasar sangat menyadari ini, dan ini terlihat dari tingkat yield obligasi negara dengan masa jatuh tempo pada pertengahan Oktober yang sangat tinggi. Hal ini mengindikasikan bahwa biaya jaminan terhadap kemungkinan default utang AS sudah naik dua kali lipat.
4. Default dapat memicu goncangan ekonomi global.
Obligasi AS merupakan pondasi dari sistem finansial AS & Global. Tingkat yield AS merupakan acuan dari tingkat suku bunga pada KPR dan obligasi korporasi. Adanya kecemasan mengenai kemungkinan kegagalan pembayaran utang AS, akan mendorong investor untuk meminta imbal hasil yang lebih tinggi. Hal itu akan menaikan beban kredit untuk semua pihak atau secara bersama-sama membekukan pasar finansial.
5. Masalah fiskal pemerintah AS akan semakin buruk.
Memang benar bahwa keuangan AS lagi mengalami masalah untuk jangka panjang. Namun, saat ini pemerintah AS telah berupaya keras menangani masalah keuangan dalam jangka pendek. Yang menjadi kekhawatiran dan kecemasan investor akan mendongkrak biaya pinjaman pemerintah.
Fakta Aneh Dari Bank Sentral Dunia Terhadap Gold.
====================================
Pimpinan The FED Ben S Bernanke saat ini mengaku bingung dengan pergerakan harga gold. Menurut Ben, jika saja dia dan rekan-rekan satu timnya memperhatikan dengan seksama pergerakan harga gold, mereka kemungkinan akan menghentikan penambahan cadangan emas yang saat ini nilainya sudah terpangkas US$ 545 miliar sejak tertinggi pada tahun 2011 lalu.
Sebenarnya, Ben Bernanke sudah mengungkapkan keheranannya mengenai harga gold pada Juli lalu di hadapan Komite Perbankan Senat. Pada waktu itu, Ben berkata, " Tidak ada satupun yang mengerti pergerakan harga emas dan saya tidak berpura-pura untuk mengerti pula akan hal tersebut ".
Menurut estimasi World Gold Council Di London, bank sentral dunia akan menambah cadangan emas mereka sekitar 350 Ton setara US$ 15 Miliar tahun ini. Pada tahun 2012 yang lalu, pembelian emas oleh bank sentral dunia mencapai 535 Ton, terbesar sejak 1964. Data yang sama menunjukan, bank sentral Rusia merupakan pembeli emas terbesar dengan mencatatkan kenaikan cadangan emas sebesar 20 % sejak harga emas mencapai rekor tertinggi di US$ 1.921,15 per troy ounce pada September 2011. Dan sejak saat itu harga emas sudah turun sebesar 31 %.
Pada saat Bank Sentral membeli emas, maka sebaliknya para investor malah kehilangan kepercayaan terhadap logam mulia tersebut sebagai nilai investasi. Penurunan nilai emas pada exchange traded product mencapai 43 % atau setara dengan US$ 60,4 Miliar tahun ini. Dan hal itu mendorong George Soros untuk menjual emas ETP miliknya tahun ini. Para perusahaan tambang juga mencatatkan penurunan nilai aset mereka setidaknya US$ 26 Miliar tahun ini. Harga gold yang memasuki pasar bearish pada April, sudah mengalami penurunan 21 % menjadi US$ 1.316,28 / troy ounce Di London tahun ini sampai dengan 4 Oktober. Ini merupakan penurunan terbesar sejak 1981. Sebelumnya harga emas sudah naik 6 X lipat setelah mengalami rely selama 12 tahun berturut-turut hingga 2011. Kenaikan harga emas bahkan mengalahkan kenaikan indeks MSCI All Country World Index yang hanya mencatat kenaikan 17 % pada periode yang sama.
Para penentu kebijakan di bank sentral dunia sering salah langkah dalam mengambil keputusan investasi emas yaitu "dengan membeli di harga tinggi dan menjual di harga rendah". Ini terbukti, bank sentral memangkas cadangan emas saat harganya menyentuh level terendah dalam 20 tahun terakhir pada 1999. Padahal, harga emas naik berkali-kali lipat pada 9 tahun berikutnya. Dan menjandi fakta pula, pada saat harga emas menyentuh level tertingginya pada tahun 2011, bank sentral dunia menjadi salah satu pembeli emas terbesar. " Bank sentral memiliki kebiasaan membeli saat Anda seharusnya menjual, serta menjual disaat Anda seharusnya membeli ".
Pasar Gold akan menjadi sangat sulit untuk diprediksi dan terkadang harga emas bisa dipengaruhi oleh faktor emosi daripada faktor fundamental.
Mengapa Tidak Terjadi Kenaikan Yang Berarti Pada Gold ?
=========================================
5 faktor ini secara teoritis seharusnya merupakan perkembangan yang positif untuk emas, yaitu : Shutdown, isu plafon utang, kandidat ketua FED Yellen, ditundanya pengurangan QE dan Perayaan Diwali Di India.
Dengan adanya pemerintah AS melakukan shutdown, jelas bahwa ada ketidakstabilan ekonomi terbesar Di dunia ini. Alih-alih mencari solusi, baik Demokrat maupun Republik justru saling menyalahkan. Tentunya ancaman default ini merupakan dukungan untuk emas. Selama ribuan tahun emas telah menjadi safe haven disaat terjadi ketidakstabilan. Tidak dapat disangkal bahwa masalah shutdown, plafon utang AS ini telah menyebabkan ketidakstabilan, tetapi emas tidak mengalami kenaikan berarti.
Presiden Obama dikabarkan untuk mencalonkan Janet Yellen sebagai Ketua The FED mulai tahun depan. Kandidat Yellen ini positif untuk saham dan obligasi, dan secara teori pula ini sebagai positif untuk emas, karena logam mulia berkorelasi terbalik dengan suku bunga. Namun emas justru mengalami penurunan disaat berita tentang kandidat Yellen ini diberitakan.
Pada pertemuan FOMC 18 September yang lalu, secara mengejutkan FED melanjutkan program QE tanpa mengurangi pembelian obligasi US$ 85 Miliar per bulan, dan ini positif untuk emas. Tetapi emas hanya mengalami bouncing lemah lalu dengan cepat kehabisan tenaga.
Pertemuan FED selanjutnya di bulan Oktober ini, tetapi dibawah bayang-bayang masalah shutdown dan plafon utang, kemungkinan FED melakukan pengurangan program QE sangat kecil. Pertemuan selanjutnya di bulan Desember, dan biasanya tidak ada keputusan penting pada menjelang Natal. Maka kemungkinan, FED melakukan keputusan penting adalah di tahun depan, setelah penggantian ketua The Fed.
India merupakan pembeli terbesar emas di dunia. Sebagian besar itu terjadi pada sebelum perayaan besar Dussehra dan Diwali. Dussehra jatuh pada tanggal 13 dan 14 Oktober serta Diwali pada 3 Nopember.
Dan saat ini juga merupakan musim perkawinan di india. Intinya bahwa ini merupakan waktu untuk tingginya permintaan emas di india. Tetapi ini juga tidak mampu mengangkat harga emas.
Melihat kenyataan tersebut, maka yang paling mungkin adalah saat ini para pedagang tidak memperdagangkan emas pada sisi fundamental. Tetapi emas untuk saat ini sampai diawal tahun depan
diperdagangkan pada segi tehnikal dengan bias DOWNSIDE.
Sekian.
Ditulis Oleh Moh Efendi___Trader PT. Maxco Futures.
Artikel ini bisa didownload >>> disini
=======================================
10 Oktober 2013.
Tahun 2013 masih menjadi tantangan bagi ekonomi dunia. IMF (Dana Moneter International) masih melontarkan nada pesimistis terhadap pertumbuhan ekonomi dunia. IMF memprediksi pertumbuhan ekonomi global di tahun 2013 dan 2014 akan lebih lambat dibandingkan dengan estimasi awal. Yang menjadi penyebabnya adalah drama perdebatan politik Amerika yang memicu terjadinya penghentian operasional
negara atau shutdown dan bisa berujung pada gagal bayar. Maka IMF memangkas pertumbuhan ekonomi dunia di tahun 2013 menjadi 2,9 % dari sebelumnya 3,2 %. Faktor lain yang memicu perlambatan ekonomi dunia yakni kelesuan Di Emerging Markets. IMF juga memotong pertumbuhan ekonomi dunia di tahun 2014
menjadi 3,6 % dari 3,8 %. IMF berkata : " Ekonomi global masih lemah. Ada banyak ketidakpastian yang berpotensi menghambat pertumbuhan ". IMF juga memprediksikan, ada faktor lain yang akan mempengaruhi
perekonomian global adalah pemulihan ekonomi AS dan zona Euro dan ekonomi Jepang positif karena dampak dari resep Abenomics. Nasib ekonomi AS makin hari kian mencemaskan. Bukan cuma AS,
pemerintah Jepang dan China juga ikut cemas mendekati batas akhir Debt Ceiling pada 17 Oktober, karena kedua negara adidaya asia ini merupakan pemegang surat utang AS terbesar, hingga mencapai US$2,4Triliun. Menteri keuangan Jepang mengatakan, pihaknya bersiap mengantisipasi andaikan AS mengalami gagal bayar atau Default. "Jepang menyadari bahwa nilai dari kepemilikan surat utang AS akan menurun jika default". kata Aso. Aso juga menambahkan, akan memasukan isu gagal bayar AS sebagai
agenda pertemuan G 20, pada 10-11 Oktober mendatang. Wakil Menteri Keuangan China, Zhu Guangyao mendesak parlemen AS agar menghindari perdebatan politik untuk mencegah gagal bayar. China memegang surat utang AS sebesar US$ 1,28 Triliun per akhir Juli kemarin. China menyalip posisi Jepang sebagai
pemegang surat utang AS terbesar pada september 2008. Aset China pada surat utang AS tersebut naik drastis sebesar 107 % sejak tahun 2008 hingga Juli 2013. Di periode yang sama, kepemilikan Jepang atas surat utang AS naik menjadi 84 %.
Kalangan pasar memprediksi, jika AS mengalami gagal bayar, predikat surat utang AS akan runtuh dalam seketika. Sebab, tidak saja Jepang dan China yang mengoleksi surat utang AS. Hampir semua Bank Sentral di seluruh dunia menyimpan surat utang AS, sebagai salah satu instrumen cadangan devisa. Para Analis menilai, gagal bayar berpotensi memicu terjadinya pergeseran aset alokasi bagi para pemegang surat utang AS. Bank Sentral akan mengkaji ulang portofolio cadangan devisa mereka yang berbentuk surat utang AS.
Popularitas USD sebagai Safe Haven juga akan terguncang, dan ini akan memicu kenaikan suku bunga acuan AS dan juga akan menimbulkan keguncangan di pasar mata uang global. Hingga saat ini dua kubu politik Di AS masih menemui jalan buntu
Ancaman gagal bayar AS semakin membesar lantaran penghentian operasional AS atau shutdown masih berlangsung hingga sepekan. Peristiwa default terakhir kali menimpa AS pada tahun 1970. Di tahun 2011, AS menghadapi kemelut yang sama. Ketika itu, Kongres menyetujui kenaikan batas atas utang AS pada detik-detik terakhir. Namun saat itu kecemasan para pelaku pasar global sudah menjalar, dan S&P juga menurunkan prospek utang AS dari stabil menjadi negatif. Di tahun 2011 itu ada US$ 6 Triliun lenyap karena kejatuhan serempak indeks saham di seluruh dunia. Saat ini pemerintah AS hanya memiliki kas sekitar US$50 Milliar, kata Menteri Keuangan AS Jack Lew.
Perekonomian global saat ini tengah mengalami ancaman serius yakni penutupan pemerintah AS dan deadlock batasan utang AS. Untuk tetap beroperasi, pemerintah AS membutuhkan agar Kongres menyetujui anggaran belanja untuk tahun keuangan fiskal yang dimulai per 1 Oktober. Namun Partai Republik menahan hal ini yang pada akhirnya berdampak pada penutupan sebagian besar kantor pemerintah. Saat ini Partai republik juga mengancam untuk menolak menaikan batasan plafon utang AS yang saat ini mencapai US$ 16,7 Triliun. Banyak pihak yang berpikir, masalah ini akan dapat diselesaikan dalam jangka pendek. Namun, faktanya baik Presiden Obama dan Partai Republik sama-sama bersikeras tidak akan melakukan negoisasi, jika persyaratan yang mereka ajukan tidak diakomodir.
Jika batasan utang AS tidak dinaikan, maka Kementrian Keuangan AS akan kehabisan dana tunai setelah 17 Oktober. Dan apa yang akan terjadi jika hal tersebut betul-betul terjadi ?
1. Pasar global akan melihat pemerintah AS sebagai pemerintah yang berbahaya dan tidak kompeten.
Menolak untuk menaikan batasan utang AS sangat berbeda secara fundamental dengan memangkas anggaran belanja negara. Hal ini seolah-olah mendorong Kementerian Keuangan melakukan dua hal yang kontradiktif, yakni harus menyediakan ratusan miliar dolar perbulan untuk melakukan pembayaran dan mencegah Kemenkeu untuk meminjam uang, meskipun itu sangat dibutuhkan. Peraturan mana yang harus dilakukan Kemenkeu ? Dan hal ini dipercaya akan merusak kepercayaan pasar.
2. Memaksa pemangkasan anggaran akan mematikan/menghambat proses pemulihan ekonomi.
Selama setahun, Kemenkeu AS meminjam sekitar US$ 1 dari setiap US$ 5 yang digunakan. Sehingga, jika batasan utang tidak dinaikan, maka anggaran yang harus dipotong setara dengan seperlima dari utang saat ini. Bahkan, pemangkasan anggaran dalam jangka pendek harus dilakukan lebih besar lagi karena arus dana yang masuk dan keluar kemenkeu tidak likuid. Pengetatan anggaran ini akan berdampak proses pemulihan ekonomi yang sudah berjalan, apalagi angka pengangguran AS semakin tinggi.
3. Pemerintah AS mungkin gagal membayar utang-utangnya (default)
Beberapa pihak Di Kongres berpikir bahwa pada saat plafon utang AS tidak dinaikan, bukan berarti pemerintah tidak dapat membayar Obligasi senilai US$ 12 Triliun. Padahal, jika pemerintah AS tidak dapat membayar utangnya, maka hal itu akan menyebabkan default yang dapat menyebabkan kegoncangan finansial. Sebelumnya, DPR sudah mengesahkan UU untuk mengijinkan Kementrian Keuangan memprioritaskan pembayaran obligasi. Pelaku pasar sangat menyadari ini, dan ini terlihat dari tingkat yield obligasi negara dengan masa jatuh tempo pada pertengahan Oktober yang sangat tinggi. Hal ini mengindikasikan bahwa biaya jaminan terhadap kemungkinan default utang AS sudah naik dua kali lipat.
4. Default dapat memicu goncangan ekonomi global.
Obligasi AS merupakan pondasi dari sistem finansial AS & Global. Tingkat yield AS merupakan acuan dari tingkat suku bunga pada KPR dan obligasi korporasi. Adanya kecemasan mengenai kemungkinan kegagalan pembayaran utang AS, akan mendorong investor untuk meminta imbal hasil yang lebih tinggi. Hal itu akan menaikan beban kredit untuk semua pihak atau secara bersama-sama membekukan pasar finansial.
5. Masalah fiskal pemerintah AS akan semakin buruk.
Memang benar bahwa keuangan AS lagi mengalami masalah untuk jangka panjang. Namun, saat ini pemerintah AS telah berupaya keras menangani masalah keuangan dalam jangka pendek. Yang menjadi kekhawatiran dan kecemasan investor akan mendongkrak biaya pinjaman pemerintah.
Fakta Aneh Dari Bank Sentral Dunia Terhadap Gold.
====================================
Pimpinan The FED Ben S Bernanke saat ini mengaku bingung dengan pergerakan harga gold. Menurut Ben, jika saja dia dan rekan-rekan satu timnya memperhatikan dengan seksama pergerakan harga gold, mereka kemungkinan akan menghentikan penambahan cadangan emas yang saat ini nilainya sudah terpangkas US$ 545 miliar sejak tertinggi pada tahun 2011 lalu.
Sebenarnya, Ben Bernanke sudah mengungkapkan keheranannya mengenai harga gold pada Juli lalu di hadapan Komite Perbankan Senat. Pada waktu itu, Ben berkata, " Tidak ada satupun yang mengerti pergerakan harga emas dan saya tidak berpura-pura untuk mengerti pula akan hal tersebut ".
Menurut estimasi World Gold Council Di London, bank sentral dunia akan menambah cadangan emas mereka sekitar 350 Ton setara US$ 15 Miliar tahun ini. Pada tahun 2012 yang lalu, pembelian emas oleh bank sentral dunia mencapai 535 Ton, terbesar sejak 1964. Data yang sama menunjukan, bank sentral Rusia merupakan pembeli emas terbesar dengan mencatatkan kenaikan cadangan emas sebesar 20 % sejak harga emas mencapai rekor tertinggi di US$ 1.921,15 per troy ounce pada September 2011. Dan sejak saat itu harga emas sudah turun sebesar 31 %.
Pada saat Bank Sentral membeli emas, maka sebaliknya para investor malah kehilangan kepercayaan terhadap logam mulia tersebut sebagai nilai investasi. Penurunan nilai emas pada exchange traded product mencapai 43 % atau setara dengan US$ 60,4 Miliar tahun ini. Dan hal itu mendorong George Soros untuk menjual emas ETP miliknya tahun ini. Para perusahaan tambang juga mencatatkan penurunan nilai aset mereka setidaknya US$ 26 Miliar tahun ini. Harga gold yang memasuki pasar bearish pada April, sudah mengalami penurunan 21 % menjadi US$ 1.316,28 / troy ounce Di London tahun ini sampai dengan 4 Oktober. Ini merupakan penurunan terbesar sejak 1981. Sebelumnya harga emas sudah naik 6 X lipat setelah mengalami rely selama 12 tahun berturut-turut hingga 2011. Kenaikan harga emas bahkan mengalahkan kenaikan indeks MSCI All Country World Index yang hanya mencatat kenaikan 17 % pada periode yang sama.
Para penentu kebijakan di bank sentral dunia sering salah langkah dalam mengambil keputusan investasi emas yaitu "dengan membeli di harga tinggi dan menjual di harga rendah". Ini terbukti, bank sentral memangkas cadangan emas saat harganya menyentuh level terendah dalam 20 tahun terakhir pada 1999. Padahal, harga emas naik berkali-kali lipat pada 9 tahun berikutnya. Dan menjandi fakta pula, pada saat harga emas menyentuh level tertingginya pada tahun 2011, bank sentral dunia menjadi salah satu pembeli emas terbesar. " Bank sentral memiliki kebiasaan membeli saat Anda seharusnya menjual, serta menjual disaat Anda seharusnya membeli ".
Pasar Gold akan menjadi sangat sulit untuk diprediksi dan terkadang harga emas bisa dipengaruhi oleh faktor emosi daripada faktor fundamental.
Mengapa Tidak Terjadi Kenaikan Yang Berarti Pada Gold ?
=========================================
5 faktor ini secara teoritis seharusnya merupakan perkembangan yang positif untuk emas, yaitu : Shutdown, isu plafon utang, kandidat ketua FED Yellen, ditundanya pengurangan QE dan Perayaan Diwali Di India.
Dengan adanya pemerintah AS melakukan shutdown, jelas bahwa ada ketidakstabilan ekonomi terbesar Di dunia ini. Alih-alih mencari solusi, baik Demokrat maupun Republik justru saling menyalahkan. Tentunya ancaman default ini merupakan dukungan untuk emas. Selama ribuan tahun emas telah menjadi safe haven disaat terjadi ketidakstabilan. Tidak dapat disangkal bahwa masalah shutdown, plafon utang AS ini telah menyebabkan ketidakstabilan, tetapi emas tidak mengalami kenaikan berarti.
Presiden Obama dikabarkan untuk mencalonkan Janet Yellen sebagai Ketua The FED mulai tahun depan. Kandidat Yellen ini positif untuk saham dan obligasi, dan secara teori pula ini sebagai positif untuk emas, karena logam mulia berkorelasi terbalik dengan suku bunga. Namun emas justru mengalami penurunan disaat berita tentang kandidat Yellen ini diberitakan.
Pada pertemuan FOMC 18 September yang lalu, secara mengejutkan FED melanjutkan program QE tanpa mengurangi pembelian obligasi US$ 85 Miliar per bulan, dan ini positif untuk emas. Tetapi emas hanya mengalami bouncing lemah lalu dengan cepat kehabisan tenaga.
Pertemuan FED selanjutnya di bulan Oktober ini, tetapi dibawah bayang-bayang masalah shutdown dan plafon utang, kemungkinan FED melakukan pengurangan program QE sangat kecil. Pertemuan selanjutnya di bulan Desember, dan biasanya tidak ada keputusan penting pada menjelang Natal. Maka kemungkinan, FED melakukan keputusan penting adalah di tahun depan, setelah penggantian ketua The Fed.
India merupakan pembeli terbesar emas di dunia. Sebagian besar itu terjadi pada sebelum perayaan besar Dussehra dan Diwali. Dussehra jatuh pada tanggal 13 dan 14 Oktober serta Diwali pada 3 Nopember.
Dan saat ini juga merupakan musim perkawinan di india. Intinya bahwa ini merupakan waktu untuk tingginya permintaan emas di india. Tetapi ini juga tidak mampu mengangkat harga emas.
Melihat kenyataan tersebut, maka yang paling mungkin adalah saat ini para pedagang tidak memperdagangkan emas pada sisi fundamental. Tetapi emas untuk saat ini sampai diawal tahun depan
diperdagangkan pada segi tehnikal dengan bias DOWNSIDE.
Sekian.
Ditulis Oleh Moh Efendi___Trader PT. Maxco Futures.
Artikel ini bisa didownload >>> disini
0 komentar :
Posting Komentar